Boneka Jepang-Hina Ningyo

 Hai. Ini tulisan pertama di tahun 2023. Betapa malasnya aku, ya. Padahal begitu banyak hal terjadi yang pantas diceritakan.


Tiba-tiba aku ingin menulis kisah ini. Oya, di luar hujan gerimis, membuat udara terasa semakin sejuk setelah semalam hujan deras mengguyur.

Beberapa waktu setelah ibuku berpulang, aku sempat terpuruk. Tak tahu harus apa setelah biasanya belum lagi azan subuh terdengar, sudah membuatkan bubur untuknya. Aku belum ada pekerjaan setelah semua di Malang kutinggalkan: rumah, pekerjaan. Satu-satunya kemampuan yang kupunya adalah membuat kerajinan kertas, origami khususnya. Itupun tak hebat-hebat amat.

Dari uang yang tersisa, aku membeli kertas. Kubuat boneka-boneka semacam ini. Aku tak belum terpikir  bagaimana menjualnya. Sampai kutemukan sebuah toko peralatan sekolah di dekat rumah. Kuberanikan bicara pada pemilik toko. Dan ia menerima boneka kertasku itu untuk dipasang di etalase tokonya. "Barangkali ada anak-anak tertarik. Di sini kan dekat sekolah," katanya membesarkan hatiku. Aku tinggalkan 10 boneka di sana.

Jadi, bila kubuat boneka-boneka ini, bukan karena aku tak suka boneka kebaya, tetapi ia sangat punya kenangan. Ia membantuku bertahan hidup dan mengatasi rasa kehilangan ibuku.

Oya, jangan tanya berapa harga per buahnya, ya. Setidaknya waktu itu aku bisa membeli mie instan, beras, dan telur.

Solo, 26 Maret 2023


Comments

Popular posts from this blog

春になったら (When Spring Comes)

Kesan dari Aki Fuji-San

THE POINT OF VIEW